Sekilas, jajaran bukit cokelat sangat mirip gambar kita waktu SD. Dua gunung sejajar dan ilustrasi jalan berkelok-kelok. Setuju? Anehnya, kebanyakan turis yang pertama kali melihat foto-foto lanskap bukit cokelat hampir tidak percaya itu bukan buatan manusia. Lho, kok nggak percaya? Mungkin mereka terlalu kagum akan keunikan bukit tersebut.

Bukit cokelat terdiri dari 1.268 bukit yang berukuran 30 sampai 50 meter. Saat musim semi, jajaran bukit ini ditutupi oleh rerumputan hijau yang teduh. Sebaliknya, pada musim kemarau, bukit-bukit ini berubah warna jadi cokelat. Persis cetakan es krim cokelat di atas cone. Hmm..Yummy!

Konon, bukit cokelat muncul karena ulah dua raksasa yang saling melemparkan batu dan pasir. Tak ayal, pertarungan sengit itu berlangsung selama berhari-hari dan menimbulkan berbagai kekacauan. Setelah mereka kelelahan bertarung, dua raksasa itu pun pergi meninggalkan pulau.

Selain kisah pertarungan dua raksasa, bukit cokelat juga menyimpan kisah cinta Arogo dan Aloya. Dikisahkan, Arogo merupakan raksasa muda yang sangat kuat, yang jatuh cinta pada Aloya, seorang wanita dari bangsa manusia. Layaknya Romeo dan Juliet, dua kekasih itu tak bisa bersatu. Kematian Aloya membuat Arogo menangis sejadi-jadinya. Air matanya kemudian berubah jadi bukit yang melambangkan kesedihan abadi.

Misteri di balik pesona bukit cokelat masih belum terkuak. Bahkan, sampai hari ini, para ahli geologi tidak dapat merumuskan teori mengenai proses terbentuknya bukit cokelat. Teori paling umum yang bisa diterima adalah "Bukit cokelat terbentuk dari formasi batuan jenis kapur laut di atas lapisan kedap air yang berasal dari tanah liat,"

Pengunjung bisa menaiki 214 tangga untuk menuju puncak bukit. Siapa pun tentu terpana menyaksikan keindahan barisan bukit nan elok di Bohol.






Source:.merdeka.com